Masjid Raya Pekanbaru Riau: Sejarah, Lokasi, Fasilitas

Posted on
Rate this post

Jika anda berwisata ke negeri ajaib Pekanbaru, Riau, tidak lengkap rasanya jika tidak mampir ke tempat wisata religi Masjid Agung Pekanbaru. Situs ini merupakan salah satu dari 4 tempat wisata religi terpopuler di Pekanbaru.

Masjid Raya Pekanbaru Riau: Sejarah, Lokasi, Fasilitas

Popularitas Masjid Kebanggaan warga Pekanbaru semakin menanjak setelah resmi terdaftar sebagai cagar budaya.

Masjid-Raya-Pekanbaru-Riau-Sejarah-Lokasi-Fasilitas

Masjid ini tidak hanya berfungsi sebagai pusat kegiatan keagamaan seperti Masjid Agung Keraton Surakarta, tetapi juga memiliki nilai sejarah yang kuat.

Tidak hanya itu, nilai budaya lokal tempat ini masih sangat kental. Hal ini terlihat pada detail bangunan yang memadukan karya budaya Melayu yang masih terlihat.

Sekilas tentang Masjid Raya Pekanbaru

Masjid Raya Pekanbaru merupakan salah satu masjid tertua di Riau. Kawasan wisata religi ini terletak di pusat kota Pekanbaru.

Tempat wisata religi ini dibangun atas perintah Sultan ke-4 Kerajaan Siak Sri Indrapura yaitu Sultan Abdul Jalil Alamuddin Syah.

Pembangunannya berlangsung pada abad ke-18; lebih tepatnya pada tahun 1762. Pembangunannya berlangsung begitu lama sehingga baru selesai pada masa pemerintahan Sultan ke-5, Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil Muazzam Syah.

Masjid ini sendiri memiliki luas sekitar 12,6 hektar. Usia yang sudah tua ini menjadikan tempat ini sebagai tempat wisata sejarah dan budaya di Pekanbaru.
Sebuah cerpen

Sejarah Masjid Agung Pekanbaru

Masjid ini terletak di pusat kerajaan Siak, yaitu di Senapelan, kota Pekanbaru saat ini. Pembangunan masjid ini masih terkait dengan dua situs penting kerajaan lainnya, yaitu Balai Keraton dan Keraton.

Menjelang akhir tahun 1762, masjid ini diberi nama Masjid Alam, yang merupakan julukan Sultan Alamuddin.

Tidak lama kemudian, Masjid Alam berubah nama lagi menjadi Masjid Nur Alam. Namun pada akhirnya nama tersebut diubah kembali menjadi nama yang sekarang.
proyek renovasi

Sebagai bangunan masjid tertua di Riau, bangunan masjid ini telah tiga kali direnovasi. Renovasi pertama terjadi pada tahun 1755. Kemudian dilanjutkan renovasi kedua pada tahun 1810.

Renovasi ketiga kemudian berlangsung sekitar tahun 1940 dan menjadi proyek renovasi terakhir. Dari tahun 1755 hingga 1940, proyek renovasi bertujuan untuk melestarikan struktur bangunan masjid.

Efek dari ketiga renovasi ini benar-benar mengubah “wajah” masjid agung, namun detail arsitektur kuno masih terlihat seperti lokasi masjid di kompleks makam Sunan Giri.
Tiket Masuk Masjid Raya Pekanbaru

Meski pemerintah mengizinkan kunjungan wisatawan, masjid ini tetap gratis.

Pengelola tidak memungut biaya bagi wisatawan yang ingin melihat-lihat pekarangan kompleks masjid. Jam berkunjung berada di luar waktu sholat.

Pengurus masjid juga menerima kunjungan dari seluruh wisatawan, baik Muslim maupun non-Muslim. Namun dengan catatan setiap pengunjung harus memakai pakaian yang sopan.

Bagaimana dengan biaya parkir? Di sini tidak ada biaya parkir sama sekali. Jadi tempat wisata pekanbaru yang instagramable ini 100% gratis.
Daya Tarik Masjid Raya Pekanbaru

Masjid Riau Pekanbaru

Masjid agung yang sudah berusia lebih dari 2 abad ini tentunya memiliki daya tarik yang sangat besar di mata wisatawan.

Tidak hanya dilihat dari sisi agama; Daya tarik yang akan kita bahas ini bersumber dari nilai budaya dan estetikanya.
Gaya arsitektur yang fleksibel sesuai dengan waktu

Daya tarik utamanya adalah gaya arsitekturnya yang sangat luwes, mengikuti arus atau perjalanan waktu. Meski tidak seunik gaya arsitektur Masjid Kapal Semarang, masjid agung ini jelas menggunakan gaya arsitektur modern.

Hampir seluruh bagian bangunan masjid mengalami perubahan kecuali kubah yang masih mempertahankan keasliannya. Kubah hanya mengubah warna cat di sini.
nilai sejarah

Tempat wisata religi ini memiliki sejarah yang erat kaitannya dengan nilai tradisi dan budaya masyarakat Pekanbaru.

Tentu hal ini ada kaitannya dengan sejarah pembangunan masjid. Raja Siak secara alami memasukkan unsur budaya lokal ke dalam fasad masjid ini.

Contohnya adalah unsur warna kuning yang menjadi warna khas Melayu. Kemudian bentuk lengkung pada atap pintu masuk masjid, yang juga merupakan perpaduan budaya Melayu dan Turki modern.

Sayangnya masih banyak unsur budaya lokal yang hilang atau rusak karena dimakan usia dan kemudian digantikan oleh wajah baru.
Al Quran besar dengan tulisan tangan

Tahukah Anda bahwa itu ada di masjid besar ini

LIHAT JUGA :

salsawisata.com

Rental Mobil Jogja